Pembelajaran Daring Berdampak Terkikisnya Adab di Kalangan Siswa
Editor: Koko Triarko
Menurut Rohana, salah satu model pembelajaran yang dilakukan dengan mengajak berkunjung ke perpustakaan pegiat literasi. Peserta didik bisa memilih sejumlah buku bacaan bergambar, lalu akan menceritakan kembali. Kegiatan melihat dan membaca buku bergambar, akan menciptakan kurositas atau rasa keingintahuan anak. Sejumlah norma atau adab sopan santun bisa diperlihatkan dari kisah fabel, dongeng.
“Pada kisah fabel atau cerita tentang binatang, semisal kancil dan harimau, memiliki pesan moral agar anak-anak bisa saling menghormati,” ulasnya.
Rohana bilang, guru sebagai tenaga pendidik menjadi model pembelajaran yang akan ditiru peserta didik. Mengajarkan perilaku yang baik bagi anak-anak, akan dicontoh oleh para siswa. Kegiatan membaca buku juga didorong bagi para orang tua, agar memfasilitasi anak. Langkah mengenalkan anak pada buku menjadi cara agar anak tidak tergantung pada gawai.
Senada, Ardi Yanto, pegiat literasi Motor Perahu Pustaka, menyebut visitasi pada perpustakaan sangat penting. Kebosanan pada siswa yang belum menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) di kelas bisa diisi dengan hal kreatif.
Sejumlah tenaga pendidik bisa melakukan teknik visitasi ke rumah orang tua siswa. Sembari menunggu waktu PTM tatap muka, peserta didik tetap berhak untuk belajar.
“Pembelajaran terjadwal dua hari sekali dengan visitasi tanpa datang ke sekolah, membuat siswa bisa tetap belajar,” ulasnya.
Sementara itu, Lisdaryanti, orang tua siswa kelas 1 SD, mengaku memberi fasilitas belajar di rumah. Model pembelajaran yang dilakukan masih menerapkan belajar terjadwal setiap dua hari. Saat berada di rumah, ia memberi fasilitas agar anak-anak lebih kreatif.