Kerusakan Terumbu Karang di Pantura Flores Makin Memprihatinkan
Editor: Koko Triarko
LARANTUKA – Kerusakan terumbu karang di perairan Pantai Utara (Pantura) Flores sangat memprihatinkan, karena aktivitas pengeboman ikan di wilayah tersebut masih marak terjadi dan minim pengawasan.
“Perairan di perbatasan antara Kabupaten Flores Timur dan Sikka selalu marak aktivitas pengeboman ikan oleh nelayan dari Kabupaten Sikka, yang sering juga tertangkap,” kata Petrus Rinto Fernandez, Kordinator Satwas SDKP Flores Timur, NTT, saat dihubungi abu (8/9/2021).
Rinto menerangkan, tingkat kerusakan terumbu karang di perairan ini sudah mencapai sekitar 80 persen, dan akivitas pengeboman ikan sulit terpantau.
Ia mengaku beberapa kali operasi yang dilakukan gagal, karena saat tim patrol laut tiba di lokasi, pelakunya sudah melarikan diri. Selain itu, terbatasnya sarana dan prasarana serta dana membuat patroli laut secara rutin tidak bisa dilakukan.

Dia menambahkan, kendala tim terpadu dalam melakukan pengawasan laut adalah kurangnya sarana, karena hanya memiliki satu unit ruber boat (perahu karet) untuk pengawasan perairan Flotim.
“Kami kekurangan kapal sea reader yang bisa bergerak cepat. Saat ini kami hanya memiliki satu perahu karet saja. Kami sudah ajukan penambahan kapal, namun mungkin terkendala pemangkasan anggaran akibat pandemi Covid-19,” ujarnya.
Rinto menambahkan, wilayah laut di Pulau Flores, Lembata dan Alor sangat luas dan menjangkau 10 kabupaten, sehingga membuat pengawasan laut mengalami kendala. Selain itu, beberapa wilayah pesisir kesulitan sinyal telepon genggam, sehingga informasi dari masyarakat tidak bisa cepat disampaikan kepada tim patroli laut.