Ritual Adat di Lewokluok Sarat Pesan Moral

Editor: Koko Triarko

Fidelis menyebutkan, ritual adat apapun nama dan bentuknya, merupakan cara nenek moyang mengungkapkan keyakinan dan kepercayaan mereka akan adanya, Zat yang maha tinggi yang menciptakan dan menguasai alam semesta dengan segala isinya.

Kata dia, adat merupakan agama asli nusantara dari nenek moyang, jauh sebelum agama-agama masuk ke bumi nusantara.

“Ada mitologi di kalangan masyarakat purba yang memuliakan dewa-dewi, roh leluhur dan roh kekuatan alam yang menghuni air, gunung, hutan, laut dan sebagainya,” ungkapnya.

Ketua Perkumpulan Tite Hena Flores Timur Jabodetabek ini menyebutkan, hakikat tak terlihat yang memiliki kekuatan supernatural ini oleh masyarakat Lamaholot disebut sebagai Lera Wulan Tana Ekan.

Karena itu, kata Fidelis, dalam setiap ritus-ritus adat, baik yang berkaitan dengan pertanian (bercocok tanam), perdamaian, membangun rumah baru, urusan kelahiran, perkawinan, kematian hingga urusan pemerintahan, pun terdapat ritus-ritus adat yang penuh dengan simbol-simbol yang sarat makna.

Linus Kabelen, ketua Lembaga Masyarakat Adat Demon Pagong menyebutkan, ritual adat Koke Bale diadakan setahun sekali agar mengumpukan kembali semua masyarakat suku Demon Pagong dan untuk mewariskan kepada generasi muda, sehingga ritual ini tidak punah.

Linus menambahkan, ritual Belo Howok di hari ke dua bermakna kampung ini bernama Lewokluok. Lewo artinya kampung, sementara Kluok artinya basi. Artinya, daging yang disembelih akan dimasak esoknya dan biasanya sudah basi.

“Makna dari nama kampung Lewokluok juga bisa berarti makanan yang dimakan berkelebihan. Setiap makanan yang dikonsumsi, disimpan juga untuk dimakan keesokan harinya,”  terangnya.

Lihat juga...