Sayur Gudangan dan Tumpeng, Tradisi Kuliner Sarat Makna

Editor: Makmun Hidayat

“Harapan bagi yang mengadakan rasa syukur, sang anak yang dilahirkan bisa menjaga persatuan dengan keluarga besarnya,” ulasnya.

Selain gudangan, pelengkap berupa tumpeng memiliki akronim “Yen Metu Kudu Mempeng” bermakna ketika keluar harus sungguh semangat. Bagi keluarga, rasa syukur diperlihatkan dengan membagi hasil bumi yang diolah, dibagikan kepada kerabat dan tetangga di luar rumah. Filosofi lain tumpeng yang menyerupai gunung menjulang ke atas, simbol manusia menghadap pencipta, rasa syukur.

Perpaduan gudangan dan tumpeng sebut Rukun Haryoto jadi kuliner penuh makna mendalam. Mengolah beragam makanan yang lezat, nikmat merupakan rasa berbagi. Seluruh sayur gudangan dan tumpeng sebutnya wajib dikeluarkan atau dibagi bagikan tanpa sisa. Membagikan kebahagiaan kepada tetangga dan kerabat dengan gudangan dan tumpeng jadi unsur kepedulian pada sesama.

“Berbagi rejeki tanpa menyisakan merupakan simbol pemberian pada manusia dari sang pencipta disalurkan pada sesama,” ulasnya.

Ngatiran, salah satu warga menyebut makan bersama dengan gudangan kerap lebih nikmat. Meski mendapat jatah gudangan dan nasi tumpeng terbatas, namun kebersamaan sangat penting. Setiap kuliner dalam tradisi Jawa sebutnya memiliki filosofi mendalam yang dipertahankan meski telah tinggal di Pulau Sumatera. Meski hidangan tradisional, gudangan dan tumpeng jadi hidangan lezat pelengkap rasa syukur.

Lihat juga...