Sayur Gudangan dan Tumpeng, Tradisi Kuliner Sarat Makna
Editor: Makmun Hidayat
Menggelar acara among among pada Jumat malam (2/7/2021) ia menyebut gudangan bersama sejumlah lauk disukai anak anak. Saat among among, ia mengundang anak anak di sekitar tempat tinggal dan orangtua. Namun suasana pandemi diganti dengan kegiatan doa bersama lalu gudangan, nasi dan lauk akan diantar ke anak anak tetangga. Kemasan makanan memakai daun pisang dengan cara dipincuk.
Agar sayur gudangan semakin lengkap, Yosefa menyebut ragam lauk lain disertakan. Sejumlah lauk yang disediakan berupa tempe bacem goreng, peyek kacang tanah, telur rebus. Semua hidangan itu akan disajikan bersama dengan nasi yang dibentuk menjadi tumpeng. Nasi tumpeng dibuat dari campuran nasi gurih atau nasi uduk dan nasi biasa. Nasi gurih dibuat dengan memakai santan kelapa, batang serai dan daun salam.
“Setelah nasi matang selanjutnya dibentuk menjadi tumpeng yang memiliki makna ungkapan syukur manusia pada sang pencipta,” sebutnya.
Kliyem, salah satu warga menyebut perpaduan antara sayur gudangan dan tumpeng tidak terpisahkan. Saat acara syukur, kedua jenis kuliner itu dalam tradisi Jawa wajib disertakan. Sebagai pelengkap dalam tumpeng disertakan berbagai lauk yang merupakan hasil usaha pemilik rumah. Hasil bumi yang berbentuk bahan makanan diolah lalu dibagikan.
“Makna gudangan tentunya beragam sayuran jadi satu menyimbolkan paguyuban dan kebersamaan,” sebut Kliyem.
Rukun Haryoto, sesepuh Desa Pasuruan menyebut tradisi kuliner dalam etnis Jawa cukup beragam. Ia menyebut gudangan menyimbolkan asal dan jenis beragam sayuran. Oleh pemilik atau sang empunya hajat saat syukuran, bahan sayuran diperoleh dari laut, sungai, pegunungan. Berbagai jenis sayuran itu menyatu dalam satu hidangan kuliner. Simbol persatuan dari beragam perbedaan jadi semangat persatuan.