Permintaan Jahe Merah Meningkat, Harga Masih Stabil

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

“Permintaan dari luar kota banyak, untuk mencukupinya, kalau misalnya kekurangan saya ambil dari petani lainnya. Jadi bisa saling mendukung karena stok masih melimpah,” tandasnya.

Di satu sisi, tingginya permintaan jahe merah, turut berimbas pada produktivitas jenis jahe lainnya, seperti jahe emprit dan gajah.

“Ya karena permintaan yang tinggi jenis jahe merah, banyak petani yang beralih menanam jenis jahe tersebut. Akibatnya stok jahe emprit, yang selama ini digunakan untuk minuman jahe di angkringan, atau jahe gajah yang untuk bumbu dapur jadi berkurang,” ungkapnya.

Jika hal ini tidak diatasi, bisa jadi harga kedua jenis jahe tersebut, bisa naik karena stok berkurang namun produksi tidak bertambah.

Sementara itu, salah seorang konsumen jahe merah, Hartiani, mengaku saat ini hampir setiap malam dirinya bersama keluarga selalu mengkonsumsi jahe merah dan serai, sebagai minuman herbal.

“Kondisi pandemi sekarang ini kok semakin menakutkan, apalagi ada varian delta dan lainnya. Satu-satunya cara untuk membentengi diri, ya dengan penerapan prokes, imunisasi dan memperkuat imun tubuh. Salah satunya dengan rutin mengkonsumsi minuman jahe merah ini,” terangnya.

Dijelaskan, karena kebutuhannya cukup tinggi, dengan tiga orang lainnya dalam satu rumah, setiap minggu setidaknya dirinya bisa memberi 2-3 kilogram jahe merah. Jahe tersebut nantinya direbus bersama serai, dan ditambahkan gula jawa atau gula pasir.

“Diminum sore-sore, sambil istirahat. Jadi biar badan rileks, imun tubuh semakin bertambah,” terang pegawai lembaga penyiaran tersebut.

Di satu sisi, dengan adanya kebutuhan jahe merah tersebut, diakuinya juga membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. “Saya bahkan sempat mengalami saat harga jahe merah sampai Rp80 ribu hingga Rp 100 ribu per kilogram. Namun tidak apa-apa, yang penting kita sekeluarga sehat,” pungkasnya.

Lihat juga...