Pendapatan Usaha Jasa Transportasi di Lampung, Anjlok

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 di sejumlah wilayah, berdampak pada sektor jasa transportasi laut dan darat di Lampung, dengan anjloknya jumlah pelaku perjalanan.

Warsa, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gapasdap Bakauheni, Lampung Selatan, menyebut sejumlah operator pelayaran dengan sejumlah kapal mengalami penurunan produksi sebesar 60 persen. Penurunan produksi dihitung rata-rata dengan pembanding produksi sebelum pandemi. Muatan kendaraan dan penumpang pejalan kaki anjlok sejak setahun terakhir.

Warsa menjelaskan, produksi muatan kapal roll on roll off (Roro) semula mengandalkan pejalan kaki dan pengguna kendaraan roda dua. Namun selama pandemi Covid-19, beragam kebijakan pembatasan perjalanan bersyarat ketat menurunkan jumlah pelaku perjalanan. Imbasnya, jadwal pelayaran dikurangi, sehingga produksi muatan kapal menurun. Sejumlah operator kapal bahkan mengalami penurunan pendapatan signifikan.

Sejumlah kapal roro di pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan tetap beroperasi dengan jumlah muatan berkurang selama pandemi Covid-19, Selasa (27/7/2021). -Foto: Henk Widi

“Pada kondisi normal saat peak season atau banyak orang bepergian mudik hari raya Idulfitri, Iduladha dan tahun baru, harapan operator pelayaran bisa mendapat muatan melimpah, namun sejak 2020 hingga 2021 hanya bisa menyeberangkan muatan dan penumpang dalam jumlah terbatas,” terang Warsa, Selasa (27/7/2021).

Warsa mengatakan, jumlah muatan makin anjlok dengan adanya alternatif jalur penyeberangan di Lampung. Seperti di pelabuhan Panjang dan pelabuhan Bandar Bakau Jaya, yang melayani rute Lampung ke pulau Jawa. Operasional satu kapal dominan berisi puluhan kendaraan, normalnya bisa mencapai ratusan.

Lihat juga...