Diversifikasi Tanaman Bumbu Bisa Jadi Alternatif di Lahan Terbatas

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

“Operasional terbesar pada penyiapan bibit dan perawatan sehingga ada margin keuntungan,” ulasnya.

Tumpang sari dengan jagung manis sebutnya bisa dipanen setiap 75 hari. Jagung manis yang dijual per kilogram Rp10.000 bisa memberi penghasilan. Komoditas lain yang dibudidayakan tumpangsari berupa tomat, cabai yang ditanam dekat bedengan. Pada tepi lahan penanaman kencur ia bisa menanam kunyit, jahe dan pisang. Meski kunyit dijual Rp1.000 per kilogram, tetap memberi hasil.

Pemanfaatan lahan kebun pisang cocok untuk tumpang sari dengan jahe dan kencur dilakukan Sanusi di Desa Ketapang, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan, Senin (5/7/2021). Foto: Henk Widi

Petani di Desa Ketapang, Kecamatan Ketapang, Sanusi menyebut lahan kebun pisang potensial untuk menanam jahe, kencur. Dua jenis tanaman herbal serta kebutuhan bumbu cocok ditumpangsarikan dengan pisang. Kondisi tanah yang selalu lembab mendukung pertumbuhan kencur dan jahe. Kuncinya lahan harus selalu dibersihkan agar hama dan gulma tidak menyerang.

“Perawatan tanaman bisa dilakukan dengan rajin memberi pupuk dan penyemprotan gulma rumput,” ulasnya.

Sistem tumpang sari komoditas bumbu juga diterapkan Soniah, petani di Desa Taman Baru, Penengahan. Tanaman kencur, jahe dikembangkan bersama serai, kunyit pada kebun pisang. Tanaman yang bisa memiliki nilai ekonomis untuk bumbu juga semakin tinggi permintaan saat pandemi Covid-19. Sebab tanaman rempah itu kerap digunakan sebagai obat herbal alternatif meningkatkan stamina tubuh.

Lihat juga...