Keluhkan Ketersediaan Pupuk, Petani Jember Singgung Zaman Pak Harto Lebih Mudah

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

“Jangan sampai antara pemerintah dan petani berat sebelah. Cenderung saat ini yang menjadi korban kebijakan pemerintah adalah petani,” ungkapnya.

Jumantoro menambahkan, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan mensejahterakan hidup petani, menurutnya segala aspek kebutuhan terhadap sumber pangan yang menjadi kebutuhan pokok, tidak perlu melakukan upaya impor.

“Minimnya kebijakan impor masa pak Harto memiliki potensi baik untuk masyarakat. Kebutuhan pangan tidak akan mengalami kekurangan meskipun tanpa harus impor. Sehingga perputaran pendistribusian hasil produksi pertanian memiliki ruang pasar yang besar. Harga gabah stabil dan harga beras normal, murah serta melimpah,” jelasnya.

Jumantoro menambahkan, pada dasarnya petani memang tidak ikut dalam perang. Akan tetapi tanpa adanya perani, ketersediaan pangan tidak akan ada, mustahil bisa memenangkan suatu peperangan.

Toha, petani setempat menambahkan, selama masa pemerintahan presiden Soeharto, dirinya mengaku tidak pernah alami permasalahan yang berkepanjangan selama mengelola sawah miliknya. Pupuk dulunya bukan menjadi masalah besar bagi petani.

“Saat ini masalahnya mahal harga pupuk, masih bisa meminjam ke orang lain, walaupun hasil panen nantinya tidak untung banyak. Namun kalau permasalahan pada persediaan pupuk, sulitnya tidak bisa pinjam terlebih dahulu ke petani lain,” ucapnya.

Toha menambahkan, selama kekurangan bahan pupuk untuk produksi tanaman padi miliknya. Pada saat panen sebelumnya, hanya sebanyak 5 kwintal yang bisa digunakan.

Lihat juga...