PKI Lancarkan Lima Skenario Merebut Kekuasaan

Isu itu membuat para jenderal TNI AD siap siaga, namun ternyata tidak terbukti. Hal itu menyebabkan informasi rencana penculikan berikutnya (sebagaimana diterima Mayjen MT. Haryono) antara tanggal 29 sampai dengan 30 September, tidak ditanggapi dan diantisipasi secara memadai.

Pada awalnya gerakan pembersihan pimpinan TNI AD akan dilaksanakan tanggal 19 September 1965 untuk secara simbolis “membayar kegagalan” kudeta Madiun. Karena ada kesulitan teknis (rapat-rapat persiapan tidak berlangsung), maka ditetapkan hari H gerakan militer pada HUT ABRI 5 Oktober 1965. Rencana ini mengalami kegagalan karena usulan Letkol. Inf. Untung sebagai salah satu panitia HUT TNI, menyangkut formasi pasukan defile mengundang kecurigaan.

Untung mengusulkan susunan defile pasukan dengan formasi Cakrabirawa pada posisi paling depan, disusul Jon 530, RPKAD, Jon 454, Pasukan Kudjang, Sukwan/Angkatan V dan terakhir “massa”. Namun usulannya agar “semua pasukan tidak diberi peluru tajam” telah mengundang kecurigaan berbagai pihak akan adanya pihak-pihak lain sedang “merencanakan sesuatu”.

Munculnya kecurigaan dari berbagai pihak itu menjadi bahan evaluasi bagi PKI untuk mempercepat gerakan dan ditetapkan ulang pelaksanaannya pada tanggal 29-30 September 1965.

Netralisasi Potensi Penghambat Gerakan

Skenario kelima PKI untuk persiapan perebutan kekuasaan pada tahun 1965 adalah netralisasi potensi penghambat gerakan. Langkah ini dilakukan dengan mengirimkan 600 pejabat negara untuk menghadiri undangan pemerintah RRC dalam peringatan HUT Kemerdekaan RRC 1 Oktober 1965.

Pengiriman pejabat ke RRC itu memiliki dampak di antaranya, pertama, untuk mengurangi potensi kritis terhadap langkah-langkah PKI sehingga perebutan kekuasaan berjalan dengan mulus. Eksodusnya para pejabat tinggi, menjadikan arena pertarungan hanya menyisakan barisan PKI dan sedikit lawan yang tidak mampu menggerakkan kekuatan birokrasi pemerintahan untuk menghadang langkah-langkah PKI.

Lihat juga...