Bangun Pabrik Gula Harus Diawali Riset dan Teknologi

JAKARTA – Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Arumdriya Murwani, menyatakan target pemerintah untuk membangun 15 pabrik gula harus disertai peningkatan yang signifikan dari aspek riset dan teknologi yang terkait dengan komoditas tersebut.

“Target pemerintah untuk membangun 15 pabrik gula pada periode 2020-2024 akan sulit tercapai tanpa adanya riset dan inovasi teknologi,” kata Arumdriya Murwani, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (2/4/2021).

Menurut dia, riset dan inovasi teknologi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas gula, menekan biaya produksi dan meningkatkan kapasitas produksi dengan cara yang lebih efisien.

Ia berpendapat, hal tersebut merupakan salah satu permasalahan gula nasional yang belum berhasil dibenahi, sehingga mengurangi daya saing industri gula domestik.

“Kurangnya daya saing, salah satunya menyebabkan produksi gula dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan domestik. Hal ini pada akhirnya berdampak pada kelangkaan yang menyebabkan fluktuasi harga,” ucapnya.

Arum menambahkan, polemik impor gula yang saat ini sedang terjadi tidak lepas dari kurangnya daya saing industri gula nasional. Rencana pemerintah untuk mengimpor gula untuk menjaga ketersediaan dan kestabilan harga gula diprotes oleh pemangku kepentingan gula domestik.

Ia menegaskan, upaya untuk meningkatkan daya saing industri gula dapat dimulai dengan revitalisasi alat produksi, pabrik dan modernisasi pertanian tebu.

“Hal ini penting untuk mengurangi biaya produksi dan pemrosesan gula. Selain itu, pemerintah juga perlu mengkaji ulang kebijakan penetapan harga eceran tertinggi (HET), karena kebijakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan harga gula di pasar. Harga gula akan menyesuaikan dengan biaya produksi,” paparnya.

Lihat juga...