Tanaman Tepi Pantai Efektif Cegah Abrasi, Redam Tsunami
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Baharudin, nelayan di pantai Belebuk, Desa Bakauheni, Lampung Selatan, masih mengingat peristiwa tsunami pada 22 Desember 2018 silam. Kala itu, gelombang setinggi belasan meter menerjang pantai Belebuk, menghancurkan perahu dan gubuk di tepi pantai.
Terjangan gelombang tsunami oleh amblasnya gunung Anak Krakatau setinggi 338 Mdpl itu menghancurkan pesisir. Namun sebagian pesisir dengan vegetasi tanaman kelapa, bakau, api api, kemiri laut berjajar rapat menahan laju tsunami itu.
“Keberadaan tanaman di tepi pantai, meredam kerusakan oleh gelombang. Beberapa perahu yang ditambatkan bisa selamat oleh lindungan pohon tepi pantai,” katanya Bahardudin, saat ditemui Cendana News, Rabu (24/3/2021).

Menurut Baharudin, pengalaman empiris itu menjadi bukti efektifnya tanaman tepi pantai. Fungsi ekologis untuk menahan abrasi, menjadi bukti pentingnya menjaga tanaman sepanjang pesisir. Hingga tiga tahun berselang, sejumlah tanaman yang rusak mulai tumbuh kembali. Jenis prepekan, waru laut, bakau, api api, ketapang, kemiri laut sengaja ditanam di kawasan pesisir.
“Kesadaran masyarakat pesisir menjaga kawasan pantai didukung oleh kepolisian, TNI yang juga melakukan penghijauan di kawasan pesisir pantai Belebuk, karena tanaman tersebut efektif menjadi peneduh saat terik matahari, lokasi tambat perahu dan jadi penahan abrasi pantai,” terang Baharudin.
Baharudin mengatakan lagi, sebagian tanaman waru laut memiliki fungsi praktis bagi nelayan. Sebab, jenis kayu yang berserat itu pada bagian batang bisa menjadi papan, katir perahu bagian ranting. Fungsi ekologis dengan kekuatan akar menjaga gerusan ombak, sekaligus menjadi habitat sejumlah burung tepi pantai. Beberapa jenis pohon bakau di dekat muara sungai juga dipertahankan warga.