Simpan Hasil Panen Solusi Petani Lamtim Siapkan Cadangan Beras
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
LAMPUNG — Mengatasi permasalahan dan impor beras, sejumlah petani di Lampung Timur, memilih untuk melakukan penyimpanan untuk cadangan. Dari Hasil panen 5 ton perhektar, 2 ton dijual dan sisanya disimpan.
Saiman, salah satu petani di Desa Brajayekti, Kecamatan Braja Selebah menyebutkan, hasil panen seluas satu hektare menghasilkan sekitar 5 ton gabah kering panen (GKP). Harga GKP pada level petani mencapai Rp4.200 per kilogram. Dalam 2 ton ia bisa mendapat hasil Rp4,8 juta yang digunakan untuk biaya operasional. Sisanya sebanyak 3 ton disimpan untuk cadangan kebutuhan beras.
“Kami kerap membawakan beras hasil tanaman di lahan sendiri yang bisa dinikmati oleh anak dan cucu, stok gabah lebih awet dalam penyimpanan karena selalu dalam kondisi kering sehingga bisa selalu memiliki stok tanpa harus membeli sebagian bisa untuk cadangan benih,” terang Saiman saat ditemui Cendana News, Senin (22/3/2021).
Menyiapkan stok cadangan gabah sebut Saiman jadi kerarifan lokal petani. Sebagian petani menggunakan sistem gudang, lumbung agar tidak kekurangan beras.
Terkait rencana pemerintah melalui Kementerian Perdagangan melakukan impor ia memastikan tidak mempengaruhi petani. Namun akan berdampak harga beras lokal anjlok.
Supami, petani di desa yang sama menyebut sistem penyimpanan gabah usai panen kerap dilakukan. Padi varietas mapan sebanyak 4 ton sebagian dijual untuk biaya kuliah anak. Sebagia disimpan pada tempat penggilingan milik salah satu kerabat sebagai bagian dari aktivitas menabung.
“Saat pandemi Covid-19 padi hasil panen akan bisa menjadi bahan cadangan pangan tanpa harus membeli,” cetusnya.