RPTRA Tanah Merdeka Kembangkan ‘Urban Farming’

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Sistem hidroponik juga dikembangkan di area ini. Yakni sebut dia, teknik hidroponik dengan sistem sumbu kain fanel yang ditempelkan pada pot hidroponik atau netpot. Nantinya air akan terserap oleh akar tanaman, media tanamnya bisa menggunakan paralon atau bambu.

Beragam sayuran dapat ditanam dengan sistem hidroponik ini, di antaranya pokcai, bayam, sawi, kangkung, dan lainnya.

“Sistem hidroponik maupun aquaponik menjadi solusi bagi masyarakat perkotaan yang ingin bercocok tanam. Peralatan yang digunakan pun sederhana dan bisa dibuat dengan mudah, hasil panen sayurnya organik karena tanpa pupuk kimia,” ujar Darko.

Terpenting menurutnya, sistem hidroponik adalah derajat kemasan air ( Ph) harus betul-betul diperhatikan. Karena setiap tanaman itu berbeda-beda untuk pengukuran ketinggian PPM (Part Per Milion).

“Contohnya, pokcai pada awal tanam itu 600 PPM, usia dua minggu dinaikkan jadi 800 PPM, minggu ketiga naikkan 1200 PPM. Nah, minggu keempat persiapan panen kita genjot 1600 PPM. Jadi, harus rutin mengukur ketinggian airnya,” ujarnya.

Selain itu, ada ragam sayuran yang ditanam dengan sistem media tanah. Yakni kata dia, bibit sayuran seperti cabai, terong, tomat, dan pare langsung ditebar di tanah dengan rutin menyiram dan memberi nutrisi untuk penyubur.

Begitu juga dengan pohon produktif, di antaranya singkong, pepaya, jambu, jeruk, dan rambutan ditanam secara media tanah. Bahkan ragam tanaman obat (toga) juga tubuh subur di area RPTRA Tanah Merdeka yang berlokasi di RT 18 RW 06 Kelurahan Kampung Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.

Setelah tiga bulan budi daya, ikan pun dipanen, yang sebagian untuk dikonsumsi pengelola RPTRA dan sebagian lagi dijual ke warga. Harga ikan emas, nila dan mujair dijual per kilo Rp 35 ribu.

Lihat juga...