Penggunaan Pembenah Tanah Hayati dalam Peningkatan Produksi Perkebunan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Tanah di lahan produksi bisa mengalami penurunan kualitas yang disebabkan oleh banyak hal. Misalnya dapat juga karena kualitas tanah tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga target produksi tak tercapai. Maka dibutuhkan penyesuaian dan peningkatan, yang saat ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan pembenah tanah hayati.

Ketua Kelompok Peneliti Bioteknologi, Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI), Dr. Laksmita P Santi, menyampaikan, pemilihan pembenah tanah hayati dalam meningkatkan atau mengoreksi kondisi tanah merupakan pilihan jangka panjang.

“Dampak dari penggunaan pembenah tanah hayati ini memang lambat untuk dapat terlihat. Tapi hasilnya lebih baik dan ramah lingkungan,” kata Laksmita dalam edukasi online perkebunan, Senin (8/3/2021).

Ia menjelaskan, secara umum fungsi dari pembenah tanah hayati adalah untuk mengondisikan kualitas tanah sesuai dengan kebutuhan.

“Fungsinya itu disesuaikan dengan kebutuhan perubahan tanah. Misalnya, ada yang untuk menetralisir kandungan logam berat atau pencemar lain. Atau untuk meningkatkan kadar stabilitas atau agregat tanah, yang biasanya kita lakukan pada tanah berpasir untuk membuatnya lebih solid. Atau bisa juga untuk mengoptimalkan retensi air dan hara dalam tanah sehingga meningkatkan efisiensi biaya pupuk dan produktivitas tanaman,” urainya.

Laksmita menyebutkan, inti dari bahan dasar pembenah tanah hayati adalah bahan yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan eksopolisakarida.

“Selain itu, juga mengandung konsorsium mikroorganisme endofitik lokal dengan daya adaptasi tinggi pada lingkungan pH 3-7, mengandung fungi dan bakteri penghambat penyakit tular tanah dan menggunakan 95 persen sumber daya lokal yang ramah lingkungan,” ucapnya.

Lihat juga...