Pandemi, Usaha Batik di Bandar Lampung Tetap Produktif
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Beberapa produk saya jual ke sejumlah lokasi wisata bahari terutama jenis kain pantai dan syal untuk wisata,” cetusnya.

Mardiono sang suami menyebut membantu produksi batik untuk sejumlah pekerjaan. Ia menyiapkan bahan berupa kain untuk di-steam atau kukus, merebus kayu pewarna alami.
Memiliki keahlian dalam membuat furnitur membuat ia bisa mereproduksi ruang displai. Pembuatan ruang displai dengan bambu, kayu menjadikan produk batik mudah dipajang.
“Saya juga membantu mempromosikan produk batik ke sejumlah rekan kantor sementara anak melalui media sosial,” cetusnya.
Mardiono bilang usaha rumahan batik saat pandemi bisa jadi prospek bisnis menjanjikan. Sebab meski tidak bisa maksimal mengikuti pameran, menjual langsung ia bisa memanfaatkan media sosial.
Sebagian konsumen bahkan tetap datang ke galeri keluarganya. Omzet sekitar ratusan ribu hingga jutaan masih diperoleh dari menjual produk batik.
Keberadaan galeri batik Biiqa sebutnya sekaligus menjadi sarana edukasi. Sejumlah mahasiswa, pelajar yang ingin mengetahui proses produksi batik kerap datang.
Kursus dan langsung praktik sekaligus menjadi jasa yang bisa memberi penghasilan. Lebih dari itu ia mengaku ingin melestarikan budaya membatik sebagai budaya non-benda warisan dunia.