Padat Karya Berbasis Kearifan Lokal Dukung Penghasilan Warga Lamsel
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Sistem padat karya pada usaha pertanian masih dipertahankan warga Lampung Selatan (Lamsel).
Jeki, salah satu petani pengepul jengkol menyebut saat panen komoditas pertanian serapan tenaga kerja meningkat. Warga Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni itu menyebut serapan tenaga kerja bisa mencapai puluhan orang.
Didominasi sejumlah wanita, Jeki bilang panen jengkol berpotensi memberi income atau tambahan penghasilan.
Income berupa upah tersebut diperoleh dari pemberi upah kepada tenaga kerja. Sebagai salah satu sektor usaha kecil, jual beli komoditas pertanian jengkol ditekuni sejak puluhan tahun silam. Ia memanen jengkol hasil kebun miliknya sebagian dari petani lain.
Satu pohon jengkol sebut Jeki bisa menghasilkan maksimal 300 kilogram jengkol. Dalam bentuk belum dikupas ia membutuhkan tenaga kerja pemanenan dan pemetikan.
Pekerja pemanenan akan diupah Rp75.000 dan sejumlah wanita pemetik jengkol diupah Rp1.000 per kilogram. Semakin banyak jengkol diperoleh, sejumlah wanita mendapat upah yang lebih banyak.
“Memasuki awal Maret puncak masa panen buah jengkol memberi sumber lapangan pekerjaan bagi warga pedesaan, yang memiliki modal bisa membeli dari petani dan bisa mempekerjakan warga lain,” terang Jeki saat ditemui Cendana News, Selasa (2/3/2021).
Jeki bilang jengkol hasil panen dari kebun miliknya dan petani bisa mencapai lebih dari 3 ton. Omzet penjualan jengkol sebutnya bisa mencapai belasan juta.
Sebab pada level petani jengkol bisa dibeli seharga Rp10.000 per kilogram. Saat dijual ke pengecer harga dijual Rp15.000 sehingga untuk satu ton jengkol omzet diperoleh Rp15 juta. Hasil bisa berkurang sesuai dengan harga jual.