Menjaga Situs Sejarah Gampong Pande di Banda Aceh

Sementara itu, masyarakat yang berkediaman di sekitar lokasi telah membentuk Forum Masyarakat Penyelamat Situs Sejarah Gampong Pande (Formasigapa), dan langsung menyurati Menteri PUPR. Mereka menyatakan penolakan dan meminta pembangunan IPAL tersebut dihentikan.

Ahmad Nawawi yang bertindak sebagai Ketua Formasigapa menyampaikan kawasan itu merupakan kota tua yang terbenam sejarah masa lalu. Terbukti setelah adanya benda-benda bersejarah yang muncul pasca tsunami Aceh.

Terakhir, sekelompok pemuda berteriak lewat aksi di depan gedung Balai Kota Banda Aceh, mereka menuntut Aminullah Usman menghentikan lanjutan proyek IPAL di lokasi penemuan situs sejarah itu.

Situs Sejarah

Situs sejarah di Gampong Pande merupakan salah satu yang tertua serta menjadi wilayah islam pertama di Asia Tenggara.

Dari segi namanya, Pande itu bisa diartikan orang pintar atau sebuah bengkel dengan kata lain tempat pandai besi, batu hingga emas.

“Banyak peninggalan lainnya di kawasan tersebut seperti makam sultan, ulama, keluarga raja hingga rakyat biasa juga dimakamkan di sana,” kata Sejarawan dan Arkeolog Aceh Husaini Ibrahim.

Dia menjelaskan sebelum lahirnya Kerajaan Aceh Darussalam, di Aceh terdapat dua dinasti yaitu Meukuta Alam dan dinasti Darul Kamal.

Posisinya, Darul Kamal berada di sebelah selatan krueng (sungai) Aceh. Sedangkan Dinasti Meukuta Alam berada di sebelah utara krueng Aceh, termasuk kawasan Gampong Pande tersebut.

Kemudian, setelah masa kesultanan Sultan Ali Mughayat Syah, dua dinasti tersebut disatukan menjadi Kerajaan Aceh Darussalam.

Jadi di situ termasuk pusat pemerintahan, kegiatan, pusat bengkel, dan lainnya. Karenanya di kawasan itu banyak ditemukan peninggalan situs bersejarah. (Ant)