Ribuan Orang di Myanmar Turun ke-Jalan Memprotes Kudeta
YANGON – Ribuan orang turun ke jalan-jalan di Yangon, Sabtu (6/2/2021), mengecam aksi kudeta oleh militer. Dalam aksinya mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi.
Aksi itu merupakan demonstrasi pertama yang berlangsung di jalanan, sejak para jenderal merebut kekuasaan, Senin (1/2/2021). “Diktator militer, gagal, gagal. Demokrasi, menang, menang,” teriak para pengunjuk rasa, dalam aksi demonstrasi tersebut.
Mereka mendesak militer membebaskan Suu Kyi, sang peraih Nobel Perdamaian, beserta para pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Mereka telah ditahan sejak kudeta terjadi pada Senin (1/2/2021). “Melawan kediktatoran militer”, demikian tulisan di spanduk yang diusung oleh para peserta unjuk rasa.
Banyak di antara mereka yang berpakaian warna merah khas NLD. Beberapa orang juga membawa bendera-bendera merah. “Kami kehilangan kebebasan, keadilan, dan sangat membutuhkan demokrasi,” tulis seorang pengguna Twitter. Tolong dengarkan suara Myanmar,” teriak para demonstran.
Demonstrasi pada Sabtu (6/2/2021) merupakan tanda pertama terjadinya kerusuhan jalanan di Myanmar, negara yang dalam sejarahnya diwarnai serangkaian tindakan kekerasan berdarah, terhadap pengunjuk rasa. Demonstrasi anti kudeta pada Sabtu (6/1/2021), juga berlangsung di Melbourne, Australia, serta Taipei, ibu kota Taiwan. Sebelumnya, gerakan pembangkangan sipil telah berkembang di Myanmar di sepanjang minggu ini.
Gerakan itu ditandai dengan aksi mogok kerja, yang antara lain dilakukan oleh para dokter dan guru. Setiap malam, selalu ada orang-orang yang memukul-mukul panci dan wajan, untuk menunjukkan kemarahan. Sementara itu, telah terjadi 150 penangkapan, yang dilaporkan oleh kelompok hak asasi manusia pascakudeta. Media lokal melaporkan, ada sekira 30 orang telah ditahan, karena protes yang berisik.