Presiden Soeharto Langsung Respons Disertasi Ir Sutami dengan Bentuk Dua Departemen
Redaktur: Muhsin Efri Yanto

“Jika setelah reformasi bisa dilanjutkan tentunya terjadi pemerataan, tidak seperti sekarang pembangunan tol dilakukan untuk yang banyak mengurangi ruang terbuka, sawah tergerus, pertanian berkurang, irigasi banyak berubah tidak terjaga hingga berdampak pada banjir karena saluran menyempit,” jelasnya mengakui bahwa semua program Orde baru terputus sejak reformasi.
Program Bimbingan Massal (Bimas) ataupun intensifikasi massal (Inmas) era H.M Soeharto menjadi satu nafas hingga sukses menciptakan swasembada pangan tidak berlanjut. Lahan pertanian berkurang berubah menjadi industrialisasi dan sawah tumbuh menjadi perumahan karena semua kepadatan penduduk yang tidak merata.
“Pembuatan tol dan lainnya itu tujuannya untuk mempermudah, akibat kepadatan penduduk yang terjadi. Sekarang Indonesia kalah dengan Thailand di bidang hultikulturanya. Kenapa tidak diambil yang baiknya di program masa lalu, karena program transmigrasi itu memindahkan petani yang sudah sukses di Pulau Jawa dan Bali ke wilayah lain untuk mempertahankan ketahanan pangan tujuannya,” kata Mukrom.
Ia berharap pemimpin negara bisa membaca lagi desertasi Ir Sutami, tentang tenggelamnya pulau Jawa untuk dipelajari lagi pemikirannya, agar ditindaklanjuti jika masih diperlukan.
“Mohon sekarang dibaca lagi desertasi itu, kalau tidak mau mengikuti program orde baru melalui transmigrasi, harusnya baca lagi desrtasi Ir Sutami itu. Saya sarankan itu dibaca lagi jika tidak mau mengikuti yang lalu,” paparnya mengaku bahwa prediksi Ir Sutami dalam desertasinya sekarang sudah hampir terbukti.
Banjir dan longsor terjadi di mana-mana di Pulau Jawa, ada baiknya pemerintah sekarang membaca lagi desertasi Ir Sutami 40 tahun silam. Apa yang baik bisa diambil dan diterapkan, salah satunya tentang skenario pembangunan berbasis ketahanan lingkungan yang terputus setelah reformasi.