Potensi RHL Agroforestry di Lampung Capai Miliaran Rupiah

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Kalkulasi potensi produksi hasil kegiatan RHL dengan sepuluh jenis tanaman sebut Idi Bantara, dihitung sejak 2019. Berdasarkan perhitungan, jumlah tanaman yang dibagikan kepada masyarakat sebanyak 6.600.000 batang tanaman bisa produktif.

Perhitungan buah produksi terendah pada pinang seharga Rp5.000, tertinggi buah cengkeh Rp100.000 per kilogram. Dari asumsi harga terendah semua tanaman per tahun bisa mencapai Rp5,766 miliar.

Berbagai jenis tanaman tersebut menurut Idi Bantara juga dikembangkan sejumlah KPH di Lampung. Salah satu lokasi yang digencarkan untuk penerapan agro forestry berada di Register 38 Gunung Balak. Berada di Desa Girimulyo, Kecamatan Marga Sekampung konsep RHL berbasis agroforestry mengembangkan komoditas potensial setempat.

“Lahan hutan kemasyarakatan telah dikembangkan jenis alpukat varietas siger sibatu yang memiliki nilai jual tinggi,” terang Idi Bantara.

Sebagian masyarakat juga mulai mengembangkan tanaman pala. Sebagai salah satu tanaman rempah yang dikembangkan warga bisa memperoleh hasil buah. Bagi pengembangan kawasan hutan tanaman tersebut mampu menahan longsor. Selain potensi produksi dari tanaman produktif sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK) konservasi air juga bisa dilakukan.

Sarjono, salah satu warga Desa Girimulyo, Kecamatan Marga Sekampung, Lampung Timur menyebut, warga menerima program agroforestry. Sistem tersebut memungkinkan masyarakat bisa membantu KLHK melakukan reboisasi hutan.

Sarjono, masyarakat sekitar hutan melakukan penanaman pohon produktif sekaligus menjaga kawasan Register 38 Gunung Balak, Lampung Timur, Rabu (3/2/2021) – Foto: Henk Widi
Lihat juga...