Permintaan Air Bersih Keliling Menurun Terdampak PPKM

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

SEMARANG — Penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Kota Semarang, yang membatasi jam operasional tempat usaha, termasuk warung makan hingga pedagang kaki lima (PKL), turut berimbas pada permintaan air bersih keliling.

Hal tersebut disampaikan Paino, pedagang air bersih di kawasan Johar Semarang, saat ditemui di sela rutinitasnya, Selasa (19/1/2021).

“Biasanya sebelum PPKM, warung makan, PKL itu bisa berjualan sampai pukul 23.00 WIB, namun sekarang maksimal hingga pukul 21.00 WIB. Karena tutup lebih awal, hal itu juga berimbas pada permintaan air bersih,” paparnya.

Dirinya mencontohkan jika dalam sehari biasanya, satu warung makan minta dikirimkan 2-3 gerobak air, kini hanya 1-2 gerobak. Untuk diketahui, gerobak miliknya mampu mengangkut 12 blek atau kaleng bekas, yang digunakan untuk mengangkut air, dengan masing-masing berisikan air bersih 10 liter atau total 120 liter.

Air tersebut kemudian diantarkan ke para pelanggan, yang umumnya para pemilik usaha di sekitar wilayah tersebut.

Kini seiring menurunnya permintaan air bersih, pendapatannya pun ikut turun. Padahal harga jual air yang ditawarkan per gerobak sudah murah, hanya Rp 24 ribu atau Rp 2 ribu per kaleng.

“Apalagi sekarang para pekerja kantoran juga banyak yang bekerja dari rumah, warung jadi sepi. Jadi ya permintaan air berkurang. Air bersih yang dibeli itu, selain untuk memasak, juga digunakan untuk kebutuhan lainnya, misalnya cuci piring,” lanjutnya.

Dirinya pun berharap, kedepan PPKM bisa ditinjau ulang, khususnya terkait jam operasional usaha, sehingga warung-warung, PKL bisa bisa berjualan lebih lama lagi.

Lihat juga...