Perajin Tahu di Lebak Kembali Berproduksi
LEBAK – Perajin tahu yang ada di Kabupaten Lebak, Banten, kembali berproduksi, setelah tiga hari terakhir melakukan aksi mogok karena terjadinya kenaikan harga kedelai di pasar.
“Kami menyiasati, produksi diperkecil, agar tetap bisa berjualan dan sedikit untung, setelah harga kedelai melonjak,” kata Herman, seorang perajin tahu di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Senin (4/1/2021).
Harga kedelai di pasar, sejak sepekan terakhir dirasakan cukup mahal. Hal itu membuat perajin tahu terpukul, dan terpaksa menghentikan produksi, dengan harapan pemerintah bisa kembali menstabilkan kedelai. Jika harga kedelai tidak distabilkan, dikhawatirkan perajin terancam gulung tikar. Saat ini, harga kedelai sudah menembus Rp470 ribu dari sebelumnya Rp370 ribu per-karung seberat 50 kilogram. “Naiknya cukup tinggi, hingga mencapai Rp100 ribu,” jelasnya.
Dengan kondisi tersebut, dicari cara agar usaha tetap berlangsung. Salah satu cara yang dilakukan agar tetap bisa meraup untung adalah dengan memperkecil ukuran tahu, yang dijual ke konsumen. Apabila tidak diperkecil, dipastikan perajin merugi, karena konsumen cukup keberatan jika harga tahu dinaikkan. “Kami bingung jika tidak diperkecil ukurannya dipastikan gulung tikar,” katanya.
Soleh (55), warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengatakan, kini mengurangi penjualan. Pada awalnya satu kemasan diisi 10 satuan tahu. Namun, kini dikurangi menjadi delapan satuan, dengan harga jual sebesar Rp10 ribu.
Selama ini Soleh merasa, harga kedelai sebagai bahan baku tahu sudah melonjak. Di awalnya hanya Rp7.500 per-kilogram (kg), kini harganya menjadi Rp 9.000 per-kg. “Kami yakin, harga kedelai impor tidak akan menurun sehubungan pandemi COVID-19 itu,” katanya.