Belajar Daring dan Luring Asah Kebiasaan Anak Belajar Mandiri
Editor: Makmun Hidayat
Proses belajar yang berbeda dari kondisi ideal adanya interaksi antara guru dan siswa berubah. Sebagian siswa menjalankan sistem pelajaran daring memakai aplikasi zoom meeting, absen online, pengumpulan tugas online. Proses belajar yang dijalani sebutnya membuat anak bisa merasakan perbedaan suasana belajar. Orangtua memiliki peran mendukung aktivitas belajar anak.
“Sebagai guru PAUD saya juga ikut merasakan posisi sebagai orangtua,anak anak mulai bisa mandiri belajar selama masa pandemi Covid-19,” cetusnya.
Sebagai orangtua Rohana berharap pihak sekolah bisa memaklumi kondisi hasil pembelajaran siswa. Sebab selama proses belajar daring dan luring sejumlah tuntutan akademik kerap tidak terpenuhi. Anak anak yang mendapat tugas kerap memperoleh hasil nilai yang terbatas. Hambatan yang dihadapi oleh siswa membuat orangtua ikut berinisiatif dalam membantu kegiatan belajar di rumah.
Gunawan Wirdana, pegiat literasi sekaligus pengelola sanggar belajar Ruang Aksara menyebut anak-anak perlu dukungan selain guru dan orangtua. Warga Desa Sukamulya, Kecamatan Palas itu menyebut membuat sanggar belajar berkonsep sekolah alam menjadi alternatif belajar secara santai. Anak-anak usia SD hingga SMP yang telah terbebani tugas di sekolah bisa melakukan aktivitas menyenangkan.
“Kami ajak anak-anak belajar menanam sayuran, belajar bahasa Inggris di alam agar suasana lebih fleksibel,” bebernya.
Sosialisasi antar anak pada alam terbuka sebutnya sangat penting. Kesempatan untuk berinteraksi dengan menerapkan protokol kesehatan menjadi cara mengedukasi anak. Sebab sebagian anak yang tinggal di pedesaan tetap mendapat pemahaman terkait pencegahan Covid-19. Sejumlah anak diajari untuk lebih mandiri belajar tidak hanya memenuhi tuntutan sekolah tetapi untuk jangka panjang.