Pentingnya Protein Mencegah ‘Stunting’ pada Anak

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Ahli Gizi, Sitti Hikmawatty, yang dihubungi secara terpisah menyebutkan, dalam memberikan makanan pendamping bagi bayi, juga perlu diperhatikan.

Ahli Giz,i Sitti Hikmawatty, saat dihubungi terkait MP ASI untuk mengurangi risiko stunting, Jumat (18/12/2020) – Foto: Ranny Supusepa

“Dari empat bulan sudah bisa mulai diperkenalkan. Tahap pertama, ya pengenalan rasa. Bayi diberikan kesempatan mengenali dan menyesuaikan pada rasa selain ASI yang tidak memiliki rasa,” kata Sitti.

Pilihannya, bisa buah pisang, yang diberikan dengan intervensi 1-2 kali sehari, dalam periode 3-5 hari. Dan bisa dilanjutkan dengan jenis buah lainnya, seperti jeruk manis.

“Selanjutnya, masuk ke tahap pengenalan karbo, dimana anak akan mendapatkan sumber sukrosa, fraktosa dan galaktosa. Baru saat enam bulan, masuk ke makanan pendamping, yang berupa bubur saring,” urainya.

Ia menegaskan bahwa bubur pendamping ini, sebaiknya disaring, jangan diblender. Karena dengan disaring, maka makanan tidak akan halus secara keseluruhan.

“Untuk dua minggu awal, bentuknya bisa hasil saringan semuanya. Tapi masuk ke minggu ketiga, mulai ditingkatkan level kekasarannya. Hingga secara bertahap, bubur tersebut bisa dari bubur saring ke makanan lembek,” paparnya lebih lanjut.

Untuk asupan protein, Sitti menekankan pentingnya pemilihan protein yang tidak memicu alergi pada anak.

“Misalnya, untuk telur, di awal yang diberikan kuningnya saja. Karena putih telur itu memang memiliki potensi menimbulkan alergi. Atau jenis makanan laut, sebaiknya diperhatikan dulu kecenderungan alergi anak sebelum memberikan udang atau seafood lainnya,” ungkapnya.

Lihat juga...