Hilirisasi Batu Bara di Indonesia Terkendala Teknologi

Kemudian, PT Bukit Asam-Pertamina-Air Product yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, dengan status finalisasi kajian dan skema subsidi DME untuk substitusi LPG dan negosiasi skema bisnis proyek untuk menghasilkan DME.

Lalu, PT Arutmin Indonesia yang berlokasi di IBT Terminal, Pulau Laut, Kalimantan Selatan dengan status priyek finalisasi kajian (Pra-FS) untuk menghasilkan produk methanol.

Sementara untuk Underground Coal Gasification (UCG) terdapat tiga perusahaan yang tahap skala pilot project, yakni PT Kideco Jaya Agung di Kaltim, PT Indominco di Kaltim dan PT MEdco Energi Mining Internasional dan Phoenix Energi Ltd di Kalut.

Sedangkan, untuk Coal Uprgrading terdapat satu perusahaan PT ZJG Resources Technology di Bulungan, Kaltara.

Untuk Cokes Making terdapat PT Megah Energi Khatulistiwa di Bulungan, Kaltara, dan untuk Coal Briquetting yakni di Pabrik Briket PT Bukit Asam di Sumatera Selatan, Pabruk Briket PT Thriveni di Sumatra Selatan.

Sedangkan dua produk hilirisasi lainnya, yakni coal liquifaction dan coal slurry disebutkan belum ada perusahaan yang tertarik untuk mengembangkannya.

Lahirnya produk hilirisasi, salah satunya DME ini diharapkan dapat meningkatkan kemandirian energi Indonesia, mengingat pada 2019 Indonesia mengimpor LPG sebesar 5,73 juta ton atau setara 75 persen dari total kebutuhan LPG domestik 7,64 juta ton.

Berdasarkan Laporan Tahunan KESDM 2018, jumlah impor LPG terus meningkat dengan rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan kumulatif sebesar lebih kurang 8 persen, sehingga kian membebani neraca perdagangan Indonesia. (Ant)

Lihat juga...