Konon, kuan penjaganya itu telah menjadi bagian dari keluarga Bapak selama lebih dari tujuh turunan. Bahkan, semasa PDRI, ketika rombongan Syafruddin Prawiranegara meninggalkan Bidar Alam menuju Sumpur Kudus, kuan yang sama, yang waktu itu masih dipelihara Angku Ujud, kakek Bapak, ikut mengamankan perjalanan penting yang telah menyelamatkan negara dari kekosongan kekuasaan.
Pun, beberapa tahun setelahnya, kala operasi penumpasan PRRI berlangsung, ia juga ikut melindungi penduduk di lobang-lobang persembunyian agar tidak menjadi sasaran tembakan Tentara Pusat yang mulai kehabisan kesabaran.
Tapi, kenapa justru kuannya tak mampu menjaga Bapak dari terkaman harimau – atau apapun itu – yang telah membuat sang tuan menghilang di hutan?
Bapak, kami dengar, juga menyimpan sekeping kecil besi yang diyakini orang-orang sebagai ujung tombak Gumbalo yang patah saat Dubalang Sati menyelamatkan Rajo Ibadat dari amukan Sikatimuno dalam perjalanannya menuju Pagaruyung dari Sungai Kehijauan.
Meski hanya sekeping kecil, besi itu dipercaya memiliki kekuataan yang sangat luar biasa, yang membuat si empunya kebal sabetan senjata tajam, tembakan senapan, maupun serangan binatang buas di hutan. Lantas, kenapa Bapak tak bisa mengalahkan harimau jantan dari Kuantan?
Atau, adakah sesuatu yang jauh lebih sakti dari semua itu, yang telah melenyapkan Bapak?
***
TELAH kami telusuri setiap cabang jalan di Lurah Sembilan, kami masuki anak sungai dan celah bebatuan sampai ke Pangkalan, dan telah kami sibak pula rimbun semak hingga ke perkebunan sawit di hilir Kuantan, tapi Bapak masih belum juga kami temukan.