Produsen Kopra di Lamsel Terkendala Pengeringan Imbas Musim Hujan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Produsen kopra yang dibuat dari kelapa mengalami kendala proses pengeringan imbas musim penghujan.
Karia, salah satu produsen kopra menyebut, terpaksa memakai sistem penggarangan atau pengasapan untuk pengeringan. Warga Desa Hatta, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan (Lamsel) itu menyebut, hujan berimbas pengeringan memakai sinar matahari terganggu.
Pada kondisi normal ia memanfaatkan terpal tambak sebagai media pengeringan. Daging kelapa yang telah dicungkil selanjutnya akan dikeringkan memanfaatkan sinar matahari.
Proses pengeringan bisa dilakukan dalam waktu sehari namun selama penghujan pengeringan hanya dilakukan dengan pengasapan. Tempat penggarangan dari bambu disiapkan untuk pembuatan kopra.
Biaya produksi proses penggarangan sebut Karia, bisa ditekan memakai bahan bakar batok. Batok kelapa yang dibakar pada bagian bawah tempat penggarangan akan menghasilkan asap untuk mempercepat proses pengeringan.
Batok kelapa sangat diperlukan saat penghujan sebagai sarana melakukan proses pengeringan ketika panas sinar matahari tidak maksimal.
“Kopra yang dipanggang atau istilah kami digarang menggunakan sistem pengasapan tetap akan dijemur memakai sinar matahari. Namun jika tidak panas, solusi penggarangan jadi pilihan utama juga untuk menurunkan kadar air pada kopra,” terang Karia saat ditemui Cendana News, Selasa (24/11/2020).
Karia bilang, kadar air pada daging buah kelapa yang dibuat menjadi kopra bisa berkurang sempurna melalui proses pengeringan sinar matahari.
Imbas pengeringan memakai sistem pengasapan ia menyebut harga kopra lebih rendah. Normalnya per kilogram kopra dengan pengeringan sinar matahari dijual seharga Rp10.000. Namun dengan pengeringan memakai pengasapan hanya laku Rp7.500 per kilogram.