“Kalau untuk pemasaran kita pasarkan secara online, yang banyak permintaan itu untuk wilayah Riau bahkan untuk panen musim ini kurang lebih empat ton beras permintaan,” katanya.
Anggota kelompok tani lainnya Endriani (39) mengatakan selain tergabung ke dalam kelompok tani sawah bansa, ia juga telah mulai menerapkan tanam padi organik di sawah miliknya.
Pada mulanya masa peralihan tanam padi dari non organik menjadi organik terjadi penurunan produksi padi 20 hingga 30 persen, hal itu berlangsung hingga dua sampai tiga kali panen.
“Alhasil setelah itu di panen selanjutnya terjadi peningkatan produksi padi melebihi dari yang sebelumnya dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih ringan,” ujarnya.
Teknikal Servis Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat Nofrizal mengatakan sekolah lapang iklim oleh BMKG ini salah satu media bagi petani untuk belajar dan memahami tentang situasi iklim.
Sehingga dengan sekolah lapang ini BMKG memiliki media untuk menyampaikan ke petani apa yang petani belum mengetahuinya.
“Dengan informasi yang disampaikan tersebut petani tahu akan dampaknya dilapangan, misalnya kalau data ini apa yang harus dilakukan kalau data ini apa pula yang dikerjakan,” katanya.
Untuk jenis varietas semua varietas padi cocok untuk ditanam secara organik bahkan untuk tanaman padi yang rentan terserang hama.
“Semua jenis varietas padi bisa untuk tanaman organik, kalau organik itukan cara bagaimana untuk mengelola,” katanya.
Sementara Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Padang Pariaman Heron Tarigan mengatakan pelaksanaan sekolah lapang iklim bertujuan membantu para petani cara bercocok tanam dengan baik serta mempelajari keadaan iklim.