Menghidupkan Hati yang Mati

OLEH: HASANUDDIN

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya” (QS. Az-Zumar (39):23).

Maka barangsiapa pun yang telah diberi petunjuk oleh Allah swt, mengikuti Al Quran (sebagaimana disampaikan rasulullah saw dalam sebuah haditsnya) akan melakukan lima hal berikut: mengajak untuk berpaling dari keragu-raguan menuju keyakinan, dari riya kepada ikhlas, dari mencintai dunia kepada zhuhud, dari kesombongan kepada tawadhu“.

Dan kelima itulah ciri seorang ulama, yang kepadanya kita semestinya duduk bersama untuk menimba hikmah-hikmah pemberian Allah swt. Allah menghidupkan “hati yang mati” dengan cahaya hikmah seperti Dia menghidupkan tanah yang mati dengan air hujan.

Menghidupkan dilakukan dengan senantiasa berdzikir kepada Allah, mengucapkan kalimat tayyibah; memperbanyak berisitigfhar atas segala dosa-dosa kecil yang senantiasa dilakukan, baik sengaja maupun karena tidak sengaja. Sebab itulah Al Quran juga seringkali disebut dengan adz-zikr (pengingat, atau peringatan).

Mereka yang senantiasa membaca Al Quran akan menyehatkan hati atau qalbunya, dan karena itulah Al Quran juga biasa disebut asy-syifa atau obat. Obat dari segala penyakit, karena sesungguhnya semua penyakit itu bermula dari rusaknya hati. Rasulullah SAW bersabda, “Di dalam diri manusia, ada segumpal daging, jika daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh, jika daging itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ia adalah hati”.

Lihat juga...