BERKATA Syekh Ibnu Athaillah As-Sakandari rahimahullah dalam kitabnya, Al-Hikam sebagai berikut: “Jikalau engkau melihat seorang hamba yang ditempatkan oleh Allah swt., pada posisi yang membuatnya mampu menjalankan berbagai wirid secara kontinu dan terus menerus mendapatkan bantuan-Nya, maka janganlah engkau merendahkan sesuatu yang diberikan Allah kepadanya, hanya karena engkau tidak melihat pada dirinya ciri-ciri orang yang arif dan cahaya para pencinta. Jikalau bukan karena-Nya, maka tentu tidak akan ada wirid.”
Beliau melanjutkan nasihatnya bahwa “Jikalau seorang hamba Allah diberikan kesempatan oleh Allah swt., untuk selalu berdzikir dan mengingat-Nya, maka itu adalah karunia besar yang tidak bisa dibandingkan dengan apa pun yang ada di dunia ini.”
Menjalankan wirid dengan menyebut nama Allah, memanjatkan puja dan puji kepada-Nya bagi orang yang tidak memahaminya, memang seolah pekerjaan yang tidak berguna. Namun bagi mereka yang memahaminya sungguh akan cemburu kepada orang yang dianugerahi oleh Allah swt., untuk melantunkan wirid-wirid secara kontinu.
Nama Allah swt, tidak dapat dibandingkan dengan nama-nama makhluk-Nya. Nama Allah swt., hanya bisa disebut oleh mereka secara benar, secara kontinu oleh mereka yang Allah kehendaki, yang Allah izinkan baginya. Jangankan mengucapkan wirid secara kontinu, mengingat Allah pun, tidak akan ditemukan pada mereka yang Allah tidak berkenan padanya, disebabkan karena akhlaknya yang buruk di sisi Allah swt.
Nama-nama terbaik Allah swt., termuat di dalam Al-Quran yang suci. Tidak akan disentuh kecuali oleh mereka yang Allah sucikan. Demikianlah yang disampaikan Allah swt dalam Al-Quran surah Al-Waqiah ayat 79. Hal itu karena orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, dan senantiasa buruk sangka kepada Allah di dalam hatinya ada penyakit yang menyebabkan hatinya tidak mampu melihat cahaya Allah.