Mempopulerkan Jamu untuk Meningkatkan Pemanfaatan Rempah Indonesia

Editor: Mahadeva

JAKARTA – Pengembangan rempah-rempah di Indonesia melalui jamu, diharapkan tidak hanya memberikan peningkatan kesehatan masyarakat. Tetapi juga mampu memicu keinginan generasi muda untuk mengeksplorasi sejarah rempah dan manfaatnya untuk dikembangkan dalam industri minuman dan makanan.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Restu Gunawan menjelaskan, rempah-rempah merupakan komoditi yang sudah dikenal. Keberadaanya sudah dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia. “Dan keberadaannya menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Kita tidak bisa hanya menjadikannya sebagai masa lalu. Tapi harus mengembangkan dan memanfaatkannya. Karena itu kita harus menjadikan jalur rempah-rempah sebagai warisan dunia,” kata Restu, dalam rangkaian acara online terkait Jalur Rempah, Sabtu (28/11/2020).

Restu menegaskan, rempah-rempah dimanfaatkan menjadi jamu, untuk menyokong perdagangan, perindustrian dan ekonomi Indonesia. Rempah-rempah juga didorong sebagai pemicu ajang akulturasi budaya.

Founder Suwe Ora Jamu, Nova Dewi Setiabudi menyebut, upayanya untuk mengembangkan jamu berawal dari kesulitan mencari jamu di Jakarta, yang dialami di 2009 silam. Akhirnya memutuskan untuk membuat jamu secara mandiri untuk dikonsumsi sendiri. “Dari pencarian lokasi untuk membeli jamu, saya menangkap bahwa mindset generasi muda terhadap jamu itu adalah pahit, obat, minuman orang tua, gak keren, minuman yang memiliki efek samping. Sehingga, kalau dikaitkan dengan jamu, mereka banyak merasakan kekhawatiran,” kata Nova.

Dan, satu-satunya cara untuk mengembangkan jamu hanyalah dengan edukasi. Tentunya, edukasi dari orang-orang yang sudah merasakan manfaat jamu. “Kita harus membangun jembatan antara generasi yang sudah merasakan manfaat jamu bisa terhubung dengan generasi sekarang. Generasi yang tidak mengenal manfaat jamu,” ujarnya.

Lihat juga...