Dampak Kebijakan Cina Tutup Pintu karena Kasus Impor Covid-19

Walau begitu, bukan berarti penyakit sama sekali tidak ada.

Jumlah kasus positif yang mencapai angka 85.790, termasuk 265 pasien yang masih dirawat dan 4.634 orang meninggal dunia. Sebagaimana data Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) hingga 24 Oktober 2020, menunjukkan Covid-19 belum sepenuhnya berpaling dari negara berpenduduk terbanyak di dunia itu.

Namun dibandingkan dengan beberapa negara lain, terutama Amerika Serikat dan Eropa, penanganan pandemi di Cina relatif lebih efektif.

Bahkan, Cina sama sekali tidak khawatir kemunculan kembali Covid-19 pada musim dingin tahun ini seperti pertama kali muncul pada musim dingin tahun lalu.

Melihat keberhasilan Cina dalam menerapkan efektivitas tindakan pencegahan dan penanggulangan, setidaknya gelombang besar ke dua Covid-19 tidak akan terjadi, demikian Prof. Zhong Nanshan, pakar sistem pernapasan yang pernah tertular SARS pada 2013.
Efek Indonesia
Munculnya kasus di Cina belakangan ini memang lebih banyak terjadi oleh para pendatang, baik orang asing maupun warga Cina sendiri yang kembali dari berbagai negara.

Pada Oktober saja, Cina telah menerima 515 kasus impor. Itu berarti naik 45 persen dibandingkan September.

Dengan memperhatikan situasi tersebut, Cina mulai Rabu (4/11), melarang masuk warga dari berbagai negara, terutama Inggris, Belgia, Bangladesh, dan Filipina.

Meskipun sudah memegang visa dan izin tinggal sementara (resident permit) yang masih berlaku, warga dari berbagai negara tersebut untuk sementara waktu tidak diizinkan kembali ke wilayah Cina daratan, kecuali mereka yang masuk sebelum tanggal 4 November 2020 itu.

Beberapa WNI pemegang visa dan resident permit sempat panik dengan kebijakan tersebut, apalagi yang sudah telanjur membeli tiket yang harganya “nauzu billah” itu.

Lihat juga...