FPPB: Kabupaten Sikka Terancam Rawan Pangan
MAUMERE – Forum Peduli Penanggulangan Bencana (FPPB) Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengundang kepala desa, tokoh LSM dan tokoh masyarakat untuk melihat kondisi rawan pangan di daerah tersebut.
Dari data yang dihimpun Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, terdapat 3.000 hektare lebih lahan jagung di musim tanam 2019/2020 yang mengalami puso atau gagal panen.
“Kami coba mengimbau pemerintah, bahwa saat ini Kabupaten Sikka sedang terancam rawan pangan,” kata Ketua Forum Peduli Penanggulangan Bencana (FPPB) Kabupaten Sikka, Carolus Winfridus Keupung, saat ditemui Cendana News di kantornya, Jumat (16/10/2020).

Win, sapaannya, mengatakan, selain permasalahan jagung yang mengalami puso, juga ditambah dengan beberapa persoalan lain yang muncul, seperti serangan virus babi dan serangan pada ayam dengan penyakit tetelo.
Ia menyebutkan, adanya serangan hama dan penyakit ini ikut menyebabkan ketahanan pangan di masyarakat menjadi rendah, apalagi dengan menyebarnya pandemi Covid-19.
“Kasus ini dipicu kasus kecil warga yang makan ubi hutan di Desa Done. Sebenarnya, kasus semacam ini ada di beberapa wilayah lain, namun tidak terungkap. Ini yang membuat FPPB memberi beberapa rekomendasi kepada pemerintah untuk dijalankan,” ungkapnya.
Win mengatakan, untuk jangka pendek pemerintah diminta memetakan wilayah yang paling terdampak rawan pangan. Selama ini, kata dia, pemerintah menyebutkan orang makan ubi hutan itu biasa saja, padahal ubi hutan bukan bahan pangan.