Bubur Pati Kirut, Menu Sehat Bebas Gluten Kaya Manfaat

Editor: Mahadeva

Widiyanti menunjukan bubur kirut yang memiliki tekstur lembut, dengan cita rasa manis dari gula aren, saat ditemui di Tembalang, Semarang, Sabtu (10/10/2020). Foto Arixc Ardana

Proses pencampuran dilakukan di atas kompor dengan menggunakan api kecil. Campuran diaduk hingga tepung tercampur gula aren dengan merata. Hal ini bisa dilihat dari perubahan warna bubur menjadi kecoklatan. Tunggu hingga mendidih, baru matikan api dan bubur siap dimakan. “Membuatnya sebenarnya mudah, namun jika tidak diaduk dengan benar, tepungnya akan menggumpal,” lanjut Retno.

Meski mudah, namun untuk membuatnya membutuhkan ketelatenan. Banyak yang memilih untuk membeli, dibandingkan membuat sendiri. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan ibu dua anak tersebut menjadi peluang usaha. “Saya hanya buat jika ada permintaan, untuk satu wadah kecil Rp3 ribu, sementara wadah besar Rp5 ribu. Murah meriah. Meski jumlah permintaan tidak menentu, namun rata-rata per-hari bisa bikin 15 wadah besar atau 25 wadah kecil,” terangnya.

Salah satu pembeli, Widiyanti, mengaku menjadi salah satu pelanggan tetap. Bukan karena memiliki riwayat penyakit pencernaan, namun lebih ke cita rasa bubur kirut yang manis dengan tekstur lembut. “Bubur kirut ini dibuat dari pati umbi kirut, kalau orang Semarang menyebutnya. Atau umbi garut atau irut. Hampir mirip dengan bubur sumsum, namun kalau sumsum dengan tepung beras, sementara ini dengan tepung kirut. Sama-sama menggunakan gula, namun lebih ke gula aren, karena terasa lebih manis,” paparnya.

Itu sebabnya, bubur kirut terasa manis saat dikecap lidah. Sementara kombinasi santan, menjadikan rasa gurih menjadi lebih kuat. “Namun kalau mereka yang sedang masa penyembuhan atau ada riwayat maag dan asam lambung, tidak boleh pakai santan, jadi kalau beli pasti santannya dipisah tersendiri,” tambah Widi.

Lihat juga...