Warga Padang Ini Jatuh Bangun Rintis Usaha Konveksi hingga Beraset Miliaran

Editor: Koko Triarko

Selain uang tersebut digunakan untuk menyewa rumah kontrakan, sebagian juga dipergunakan untuk membeli bahan baku pembuatan tas, seperti terpal.

“Untuk mesin jahit ketika itu saya sudah punya. Saya beli ketika masih bekerja di tempat konveksi kakak saya. Untuk tipe mesinnya masih dangdutan, gitu,” sebutnya.

Meski sudah memproduksi tas sendiri, ternyata tak mudah untuk memasarkannya. Bahkan, ketika dijual ke Pasar Raya Padang, tak satu pun ada toko tas yang berminat.

Berbagai alasan secara halus diungkapkan pemilik toko untuk menolak tas yang diproduksinya. Kendati semua toko tas menolak, Anasrizal tak langsung menyerah.
Saban hari ia terus mendatangi satu per satu toko tas yang ada di kawasan Pasar Raya Padang. Namun sayangnya, hasilnya di luar dugaan. Semua toko menolak membeli tas yang ia produksi, termasuk beberapa toko langganan kakaknya.

Keesokan harinya, Anasrizal pun kembali mendatangi beberapa toko tas di Pasar Raya Padang. Salah satunya, toko tas di Pasar Fase VII yang berada di kompleks pertokoan Padang Teater. Kedatangannya kala itu, katanya mengenang, penuh dengan harapan, apalagi saat itu ia butuh uang untuk biaya makan keluarga.

“Karena butuh biaya untuk makan, saya tawarkan dengan harga murah, satu lusin Rp50 ribu dan ada lima lusin yang saya punya. Pemilik toko berminat. Dari Rp50 ribu per lusin itu, saya dapat Rp2.000 untuk satu tas. Itu hanya upah dan bukan untung,” kata bapak tujuh orang anak, itu mengenang.

Setelah semua tas habis dijual, dia pun pulang ke rumah dengan langkah penuh lunglai. Sepanjang perjalanan dari pasar ke rumah, ia terus merenung nasib yang tak kunjung berubah, meskipun sudah memulai usaha konveksi sendiri.

Lihat juga...