Tombak Leluhur

CERPEN KIKI SULISTYO

“Jangan bodoh, Adam. Aku tahu Ayah tak memintamu melakukan ini. Serahkan tombak itu sekarang.”

“Minggir! Aku mau bunuh babi hutan!” Adam maju setindak. Dengung lalat berputar-putar di udara. Debu mengapung dalam panel cahaya matahari. Seekor lebah terperangkap jaring laba-laba, mengepak-ngepakkan sayapnya berusaha lepas.

Otot tangan Adam mengeras menampakkan akar-akar urat. Ketika ujung kausnya tertarik ke atas, si Hippies melihat sebuah tato di lengan Adam. Si Hippies teringat sesuatu.

Mendadak dari arah luar terdengar keributan. Semua melihat ke arah pintu yang terbuka persis ketika seekor babi hutan masuk menghambur.

Babi itu berlari ke sana ke mari. Menyeruduk kursi, meja, dinding, dan membuat benda-benda berjatuhan. Si Hippies terpekik ketakutan, mencoba mencari tempat untuk menghindar dari serudukan babi. Sementara Sirin berdiri tenang seakan itu bukan kejadian istimewa.

Adam bergerak menerjang babi hutan ketika babi itu berlari ke arahnya. Mata tombak menancap di perut, babi itu menguik keras. Tubuh Adam nyaris terseret sebab tombak itu masih dipegangnya dengan kuat. Ditariknya tombak itu, lalu ditancapkannya lagi berkali-kali.

Si babi nampaknya masih bertahan, bahkan nampak makin ganas, meski tubuhnya sudah koyak dan darah berceceran di lantai. Sambil terus menerus menguik binatang itu berlari ke arah pintu, seakan ia telah melihat jalan untuk selamat, meski larinya sudah sempoyongan.

Baru saja ia sampai di ambang pintu, dengan kekuatan penuh Adam melontarkan tombaknya. Babi itu menguik panjang sebelum rebah dan tak bergerak lagi, mata tombak menembus tubuhnya.

Berbarengan dengan itu beberapa orang berdatangan. Mereka berkumpul di ambang luar pintu. Salah seorang dari mereka menyeruak kerumunan dan melangkah masuk. Dia berdiri tepat di atas babi hutan itu, memegang batang tombak dan lalu menariknya.

Lihat juga...