Menolak Tuduhan Radikalis dan Fundamentalis Bagi Umat Beragama
OLEH: HASANUDDIN
Puasa, ini adalah aktivitas menahan diri. Bukan hanya menahan diri dari makan dan minum dari fajar hingga magrib, tapi juga menahan diri dari membicarakan hal-hal yang buruk, menahan diri untuk membahas keburukan orang lain, sehingga mereka yang berpuasa, mustahil dapat menjadi sebab terjadinya kerusakan dalam masyarakat. Zakat, atau berderma, tentu sangat baik bagi kemaslahatan umat manusia pada umumnya.
Jadi, tuduhan bahwa mereka yang melakukan secara taat hal-hal pokok dalam beragama sebagai radikalisme-fundamentalisme itu, tuduhan orang bodoh, tuduhan yang tidak disertai pengetahuan, tuduhan yang tidak rasional.
Fanatisme, Ghuluw, dan Paranoid
Berbeda halnya dengan sikap fanatisme dalam beragama. Hal itu bisa saja muncul dan menghinggapi seseorang yang dalam dirinya tertanam sikap ghuluw atau sikap melebih-lebihkan kehebatan tokoh tertentu dalam agamanya. Misalnya, sikap ghuluw dari para pengikut Nabi Isa, yang karena demikian besarnya jasa beliau dalam menyelamatkan umat manusia dari kebobrokan moral sehingga pengikutnya menyanjung-nyanjung mereka berlebihan, bahkan disebutnya telah setara dengan Tuhan, sehingga di gelari “Tuhan Anak” atau “Anak Tuhan”. Fanatisme akibat ghuluw yang seperti ini tentu tidak benar. Tidak proporsional dan bertentangan dengan doktrin ketuhanan yang rasional.
Demikian halnya dengan sebagian pengikut Syiah (tidak semuanya), yang begitu fanatik terhadap Ali bin Abi Thalib, bahkan melebihi sikap para keturunan Ali sendiri. Ghuluw, yang muncul pada sebagian Syiah ini, telah berdampak buruk bagi rusaknya ukhuwah bukan hanya di internal sesama pengikut Ahlul Bait, tetapi juga dalam skala yang luas.