Menjaga Tradisi di Tengah Pandemi, Babaritan di Kranggan Digelar Sederhana

Editor: Makmun Hidayat

Abah Saman (kiri) salah satu sesepuh di Kampung Kranggan bersama Abah Sa’an (kiri), Olot yang memimpin ritual babaritan di RW 007, Kampung Kranggan, Kelurahan Jatirangga, Jatisampurna, Kamis (20/8/2020). -Foto: M. Amin

Dikatakan babaritan adalah ritual adat untuk memohon keselamatan kampung dan isinya kepada Sang Kuasa dari segala musibah. Oleh warga Kranggan dulu biasa disebut gerebelan atau sedekah dengan doa bersama di tempat tertentu secara bersama-sama.

Selamatan bumi atau kata lainnya babaritan merupakan akronim dari kata ngababarkeun ririwit. Artinya melenyapkan kesusahan atau bisa disebut sebagai sedekah bumi, bentuk rasa syukurnya terhadap alam, leluhur, dan Sang Pencipta.

Abah Sa’an, yang memimpin doa babaritan di RW 007, Kelurahan Jatirangga, mengatakan selain bentuk rasa syukur telah diberi kesehatan, cukup sandang pangan, tidak ada bencana dan bala juga sebagai bentuk doa memohon keselamatan selama setahun kedepan.

Babaritan sore tadi,  terlihat sesajian hasil bumi berupa buah-buahan, kue, ikan, daging, bubur lima warna, nasi kuning serta ayam bekaka  yang diletakkan dalam sebuah jalinan bambu yang beralaskan daun pisang. Sisanya berbagai kudapan tersebut dihidangkan dalam piring dan mangkok yang dihampar.

Sebelum dibagikan aneka hidangan tersebut dibacakan doa yang pertama dilantun seperti mantra dalam bahasa Sunda  yang maknanya ucapan rasa syukur dan memohon keselamatan kepada Sang Kuasa Alam sambil membakar kemenyan dan sesekali ditaburi bunga yang telah tersedia di depan Kolot Sa’an hingga menambah khidmat suasana.

Lihat juga...