Akibat Covid19, Deflasi Bali Terjadi pada Semua Kelompok Barang
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
DENPASAR — Pandemi Covid19 yang terjadi kurang lebih lima bulan belakangan ini berpengaruh terhadap daya beli masyarakat Indonesia dan tidak terkecuali Bali. Menurut data dari Bank Indonesia (BI) Bali, secara umum harga-harga yang dikonsumsi masyarakat di bulan Juli mengalami penurunan jika dibandingkan dengan sebelumnya.
“Penurunan terjadi pada seluruh kelompok barang, yaitu kelompok makanan bergejolak (volatile food), inflasi inti (core inflation) dan harga barang yang diatur pemerintah (administered price),” ujar
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho Selasa (3/8/2020).
Di menegaskan, berdasarkan catatan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Bali pada bulan Juli 2020 mengalami deflasi sebesar 0,39% (mtm) dimana lebih dalam dibandingkan dengan deflasi Nasional tercatat sebesar 0,10% (mtm). Kota Denpasar mengalami deflasi sebesar -0,46% (mtm), sedangkan kota Singaraja mencatat inflasi sebesar 0,11% (mtm). Secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 1,06% (yoy) dimana lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Nasional (1,54%, yoy).
Dikatakan, kelompok Volatile Food mengalami deflasi sebesar -1,37% (mtm), lebih dalam dibandingkan dengan Juni 2020 (-0,25%, mtm). Penurunan terdalam berlanjut untuk komoditas bawang merah, daging ayam ras, dan cabai rawit.
Turunnya harga bawang merah terjadi karena masih berlangsungnya panen bawang merah di sentra produksi.
“Selain itu, pasokan cabai rawit melimpah cukup seiring dengan hasil panen yang tinggi,” imbuh pria yang akrab disapa Trisno ini.
Dia menambahkan, kelompok barang Core Inflation mencatat deflasi sebesar -0,11% (mtm). Penurunan ini terjadi terutama didorong oleh penurunan harga canang sari dan beberapa komoditas lain seperti air kemasan dan sabun mandi cair.