Tangkapan Minim, Pedagang di Lampung Jual Ikan Hasil Budi Daya

Editor: Koko Triarko

Tahang, nelayan di Desa Muara Gading Mas, Kecamatan Labuhan Maringgai, menyebut masih mendapat ikan dengan jaring rampus. Jenis ikan yang diperoleh dominan bahan untuk pembuatan ikan asin. Meliputi lapan lapan, tanjan dan parang. Jenis ikan tersebut jarang dibeli masyarakat untuk konsumsi segar.

“Hasil tangkapan ikan untuk bahan baku ikan asin memenuhi produsen ikan asin, karena masih bisa diperoleh saat penangkapan siang hari,” paparnya.

Hasil tangkapan ikan nelayan yang berkurang, menurutnya mempengaruhi produksi ikan asin. Pada kondisi normal, ia bisa mendapat tangkapan sekitar 5 kuintal ikan pelagis jenis tanjan dan ikan petek. Dua jenis ikan tersebut menjadi bahan ikan asin yang berguna untuk konsumsi dan campuran bahan baku pembuatan pakan udang.

Angin kencang di perairan timur Lampung Timur, membuat nelayan memilih melaut tidak terlalu jauh dari pantai. Selain mempergunakan jaring rampus, nelayan setempat melakukan penangkapan ikan memakai jaring sodong. Jaring sodong akan menghasilkan tangkapan udang jenis rebon dan ikan kecil bahan pembuatan ikan asin.

Minimnya hasil tangkapan ikan laut oleh nelayan perahu kasko di pesisir timur, justru menguntungkan pembudidaya. Sejumlah pembudidaya ikan lele, nila dan gurami di Labuhan Maringgai mendapat pesanan berlimpah.

Ansori, pemilik usaha budi daya ikan lele, menyebut bisa menghasilkan rata-rata 5 kuintal saat tiga bulan panen. Ikan lele kerap dimanfaatkan untuk usaha warung makan pecel lele.

Saat pasokan ikan laut minim, ia menjual lele dengan harga Rp17.000 per kilogram. Ikan lele menjadi pilihan untuk sejumlah warga yang tidak memperoleh ikan laut saat paceklik.

Lihat juga...