Petani di Sikka Tetap Tanam Cabai, Meski Harga Anjlok

Editor: Koko Triarko

MAUMERE – Dampak merebaknya virus Corona sejak pertengahan Maret 2020 di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, membuat para petani yang menanam produk hortikultura, seperti sayuran dan cabai, mengalami penurunan keuntungan.

Namun para petani tetap menanam tanaman hortikurtura, karena permintaan pasar tetap ada, bahkan mulai agak membaik sejak diberlakukan tatanan hidup baru (dengan mulai ramainya pasar-pasar tradisional.

“Kami tetap menanam dan panen, meskipun harga jualnya turun drastis. Saat ini saja harga cabai hanya Rp10 ribu per kilogramnya,” sebut Esutakius Bogar, ketua kelompok tani Sinar Bahagia Desa Nitakloang, Kecamatan Nita, Senin (13/7/2020).

Petani cabai di Desa Koting B,kecamatan Koting, Kabupaten Sikka, NTT, Edhy Hoere, saat ditemui di kebunnya, Senin (13/7/2020). -Foto: Ebed de Rosary

Eus mengaku memiliki 4.000 tanaman cabai yang sedang panen, dan semua hasil produksinya dijual sendiri ke Pasar Alok di Kota Maumere dengan menggunakan mobil pick up sewaan.

Dirinya selalu memotivasi petani di kelompok tani hortikultura, karena meyakini pasar akan kembali bergeliat setelah pandemi Corona berakhir, sehingga petani bisa kembali meraup penghasilan yang lebih besar.

“Biasanya satu hektare lahan cabai dalam 3 bulan dan memasuki masa panen, kami bisa meraup keutungan hingga Rp100 juta karena harga cabai per kilogram bisa mencapai Rp100 ribu,” ungkapnya.

Sebagai penggerak petani di wilayahnya, Eus pun mengaku senang karena para petani sudah mulai menanam aneka sayuran, bahkan ada yang membuka lahan baru untuk ditanami lagi.

Lihat juga...