Ketua PGRI Jateng: Pelaksanaan PJJ Munculkan Sejumlah Persoalan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
SEMARANG – Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan sekolah, dalam upaya pencegahan covid-19, rupanya memunculkan sejumlah persoalan. Hal tersebut diakibatkan, tidak semua guru, siswa, termasuk orang tua, memiliki kemampuan penguasaan teknologi informasi yang sama.
Termasuk kendala keterbatasan sarana prasarana dan ekonomi, mulai dari jaringan internet, hingga keterbatasan kuota khususnya bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi.
“Jangan dikira mudah, dalam pelaksanaan PJJ atau belajar dari rumah (BDR). Guru harus menyiapkan materi yang sesuai, sehingga capaian pembelajaran dapat dicapai. Sementara, siswa juga harus bisa menyiapkan diri untuk menerima pembelajaran, dengan baik. Termasuk, sarana dan prasarana yang dibutuhkan,” papar Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jateng, Dr. Muhdi di Semarang, Kamis (23/7/2020).
Dipaparkan, dari sisi guru, harus diakui kemampuan mereka dalam bidang teknologi informasi tidak semuanya sama. Akibatnya, isi materi pembelajaran yang disampaikan pun tidak seragam. Apalagi, dengan pandemi covid-19 yang berkepanjangan, capaian pembelajaran pun cukup berat untuk dipenuhi.
“Para guru yang tidak pernah mendapat bekal pelatihan, untuk melakukan pembelajaran daring (online) tergagap-gagap dan kebingungan melakukannya, terlebih untuk guru-guru PAUD/TK dan SD yang sangat kesulitan untuk melakukannya. Dengan kondisi yang berbeda, kesulitan juga banyak dialami oleh guru-guru SMP/MTs, SMA/MA dan SMK. Mereka terpaksa melakukan pembelajaran apa adanya dan kemampuan seadanya,” lanjutnya.
Akibatnya, banyak keluhan orang tua karena banyaknya tumpukan tugas yang harus dikerjakan anak, serta berbagai permasalahan muncul dari kegiatan pembelajaran daring yang tidak terukur dan tidak terstruktur tersebut.