Ahli Racun

CERPEN SURYA GEMILANG

Jeda beberapa jenak. Tajul tak kunjung menyerahkan bayinya.

“Aku memang benar-benar ingin menolong bayimu,” lanjutnya. “Aku paham, kehilangan adalah racun paling menyakitkan. Aku pernah merasakan racun itu saat suamiku membawa kabur bayiku bersama wanita simpanannya.”

Mendengar kalimat itu, Tajul lantas membiarkan sang ahli racun menggendong bayi sekaratnya. Sang ahli racun, dengan tatapan keibuan yang muncul secara tak terduga, tersenyum ke arah wajah sang bayi, lalu melantunkan sebuah lagu yang sering almarhum istri Tajul lantunkan untuk membuat bayi itu tertidur.

Suara merdu sang ahli racun membuat Tajul mematung. Membuat Tajul yakin bahwa tak akan terjadi hal buruk saat wanita itu membawa bayinya memasuki ruang entah apa di balik tirai merah.

Sang ahli racun keluar dari ruang tersebut sekitar tiga puluh menit kemudian, dan selama itu pula Tajul menunggu dengan sabar di kursinya. Bayi Tajul tak ada di gendongan sang ahli racun, bayi itu pasti ditinggalkan di dalam sana.
Setelah duduk di kursinya, sang ahli racun berkata, “Bayimu sudah sembuh.”

“Hah? Secepat itu?” Dengan gerakan cepat, Tajul langsung bersujud dan menciumi kaki wanita itu. Tersedu-sedu, Tajul bertanya, “Bagaimana caraku membalas kebaikanmu?”

“Biarkan aku menjaga bayimu.”

“Maksudmu, bayiku belum sepenuhnya sembuh, jadi kau mesti merawatnya selama beberapa hari?”

“Bukan begitu, Bodoh. Bayimu sudah sepenuhnya sembuh. Namun, aku akan merasa amat berdosa bila membiarkan ia tumbuh serumah dengan orang yang membunuh ibunya.”

Tajul terbelalak kaget dan bangkit perlahan. Gelembung rapuh yang melindunginya dari udara beracun panas pun pecah. Tajul baru akan menjotos rahang sang ahli racun, ketika tiba-tiba wanita itu berdiri dan menancapkan sebatang jarum kecil ke lehernya. Tubuh Tajul seketika lumpuh dan tumbang.

Lihat juga...