Ahli Racun

CERPEN SURYA GEMILANG

“Aku sudah bisa membaca hampir segalanya,” ucap sang ahli racun. “Karena bayi itu belum mati, berarti ada yang membuat racun Alph melemah. Dan, aku tahu betul, racun Alph hanya bisa menjadi selemah itu jika terkontaminasi air susu ibu.”
Tajul ingin melontarkan kalimat. Tapi lidahnya kaku.

“Kau mungkin ingin membela diri,” sambung sang ahli racun. “Tapi kau tak bisa membohongiku. Barangkali kau tak tahu bahwa saking kuatnya racun bunga Alph, ketika menyentuhnya pun kau telah keracunan. Tetapi, efeknya tak semematikan jika ditelan, setidaknya sampai dua minggu kemudian. Dan, kau yang ternyata telah keracunan pun mengeluarkan aroma napas khas yang sudah kuendus dari awal perjumpaan kita.”

Andai saraf-saraf di tubuhnya tak lumpuh, tubuh Tajul pasti akan bergetar hebat, karena ia merasa begitu ditelanjangi.

“Aku membayangkan kejadian ini: setelah kau meracuni istrimu lewat makanan atau minuman, istrimu itu langsung menyusui bayi kalian. Sayangnya, kau telat mencegahnya. Karena tak berniat untuk membunuh bayi itu, kau merasa berdosa dan membawanya ke mari. Sungguh pilihan yang tepat.

Dan, sebagai bentuk ucapan terima kasihku karena kau telah membawa bayimu kemari, pada jarum di lehermu itu telah kuoleskan penawar racun Alph, selain racun tak mematikan yang melumpuhkanmu hanya selama tiga jam. Omong-omong, kurasa kini sudah tiba waktu bagiku untuk mengucapkan selamat tinggal.”

Wanita paruh baya itu menghilang di balik tirai merah. Sekitar sejam kemudian, ia keluar dari sana dengan membawa bayi Tajul dan buntalan kain yang tersampir di punggung. Sang ahli racun lantas meninggalkan gubuk.

Lihat juga...