Perubahan Iklim Berpotensi Hadirkan Pemusnahan Massal

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Bahkan tercatat, pada tahun 1987 lapisan ozon sangat mengkhawatirkan sehingga muncul perjanjian internasional Protokol Montreal untuk membatasi zat-zat yang dapat merusak lapisan Ozon.

“Baru pada tahun 2000-an keadaan lapisan mulai membaik dengan pengurangan penggunaan zat CFC. Faktanya saat ini lubang ozon semakin membaik dan cenderung menutup sempurna. Hal ini positif, karena mengindikasikan bumi sedang memperbaiki diri akibat pemanasan global,” ucapnya.

Deni menyebutkan bahwa penipisan lapisan ozon dapat merupakan respon alami terhadap perubahan iklim dan pemanasan secara global.

“Radiasi UV yang berlebih selain berbahaya bagi kulit manusia juga dapat menghancurkan banyak spesies tanaman. Tentunya, sebagai jejaring rantai makanan, akan menyapu bersih herbivora dan karnivora yang memakannya. Manusia ? Tentu saja sangat berdampak, inilah yang ditakutkan bahwa ozon akan menjadi komponen kepunahan massal selanjutnya. Jadi memang sebenarnya yang paling merusak ozon itu adalah perubahan iklim, pemanasan global akibat meningkatnya gas-gas rumah kaca seperti CFC itu,” paparnya.

CFC sendiri dapat diproduksi secara alami, seperti Metil Klorida yang naik ke atmosfer dan memecah lapisan ozon.

“Jadi perbaikan ozon adalah dengan menekan terjadinya potensi perubahan iklim, pemanasan global, menjauhi zat-zat yang merusak ozon sebagaimana tadi di atas. Waktunya sendiri sampai saat ini sulit ditentukan karena proses yang terjadi di atmosfer adalah proses non-linier melibatkan banyak faktor,” ujar Deni.

Kasubbid Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto, M.Sc, yang dihubungi secara terpisah menyatakan, bahwa dalam pengkajian iklim purba (paleoclimate), para peneliti iklim dan kebumian telah berhasil mengungkap beberapa sejarah kejadian iklim ekstrem atau perubahan iklim dalam skala waktu geologi yang menyebabkan kepunahan secara massal spesies di bumi.

Lihat juga...