Permintaan Tinggi jadi Faktor Penyelundupan Satwa Liar Sumatera

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Burung jalak kerbau atau acridotheres javanicus asal Sumatera Selatan akan diselundupkan ke wilayah Bekasi Jawa Barat, Rabu (3/6/2020) – Foto: Henk Widi

Sepanjang kurun 2019 hingga 2020 dominan jenis burung yang diamankan merupakan burung kicau. Jenis burung tersebut meliputi pleci, cucak ranting, perkutut, kutilang, kapas tembak, jalak kerbau dan jenis burung kicau lainnya. Jenis burung yang sudah masuk kategori langka meliputi jalak Nias, murai Medan, murai Batu dari alam bebas.

“Dominan satwa liar jenis burung hasil penangkapan di alam selanjutnya dikirim dengan modus paket via bus, truk bahkan mobil pribadi,” papar Nugraha Putra.

Tingkat kematian satwa selama pengiriman memakai kendaraan mencapai 30 persen. Sebab sebagian satwa burung yang dikirim memakai keranjang, kardus menempuh perjalanan ratusan kilometer.

Sejumlah tempat asal meliputi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi dan sejumlah kota di Sumatera. Sebagian lolos hingga tempat tujuan dan sebagian berhasil diamankan.

“Sebagian satwa jenis burung yang diamankan oleh petugas langsung dilepasliarkan ke gunung Rajabasa dan sejumlah lokasi,” terang Nugraha Putra.

Perburuan skala besar dengan tujuan komersial untuk keuntungan ekonomi jadi faktor terancamnya satwa di Sumatera. Gerbang terakhir untuk menyelamatkan satwa menurut Nugraha Putra ada di pelabuhan Bakauheni.

Selain satwa jenis burung sejumlah primata jenis siamang, monyet ekor panjang, reptil dan satwa lain pernah diamankan.

Kepedulian sejumlah LSM dan organisasi pemerhati satwa diakui Nugraha Putra masih belum bisa membendung penyelundupan. Operasi gabungan kerap dilakukan agar bisa mengungkap jaringan penyelundupan satwa.

Lihat juga...