Medan untuk ke puncak lumayan cukup menantang. Hati – hati dan jangan terlalu tergesa kuncinya untuk sampai ke puncak.
Ketika sudah berada di puncak, keringat dan lelah pengunjung akan terbayar dengan sajian hamparan pemandangan alam dari ketinggian gunung tersebut.
Sebenarnya, banyak cerita dari mulut ke mulut baik seputar sejarah, seputar nama Senujuh atau satu gunung tujuh bentuk dilihat dari berbagai sisi maupun cerita penduduk asal yang mendiami daerah tersebut.
Gunung Senujuh, alamnya tentu menjadi sasaran empuk bagi oknum yang ingin mengambil kekayaan di dalamnya berupa kayu dan batu. Meskipun saat ini sudah dilarang sesuai aturan, masih sering ditemukan oknum masyarakat mengambil atau menebang kayu. Jika ini terus berlarut maka tidak mustahil keindahan dan kekayaan alamnya pelan tapi pasti akan hilang.
Namun, jika gunung tersebut dikelola menjadi satu di antara destinasi wisata, jaminan untuk keberlanjutan kelestarian alam bisa terwujud. Pengelola dan pengunjung bisa menjadi bagian yang bisa mengawasi agar tidak ada penebangan liar serta lainnya.
Kembali, wisata alam ini bisa menjadi rekomendasi untuk melepas kerinduan berwisata. Dengan berwisata ke gunung, bisa menghindari keramaian yang menumpuk di tempat wisata.
“Kalau saat wabah dan menghindari kerumunan ramainya orang di tempat wisata, ke wisata alam memang cocok. Apalagi destinasi wisata baru ini akan memberikan rasa penasaran baru,” katanya.
Menurut Hambali, meski saat ini belum ada pengelola dan pemandu wisata secara khusus, namun pihaknya bisa membantu dan menemani wisatawan dari luar.
“Paket wisata untuk ke sana belum ada. Saat ini pemerintah desa kami juga tengah membuat jalan setapak untuk menuju kaki gunung dari sungai,” sebut dia.