Keberhasilan Penelitian Arkeologi Bawah Air, Butuh Dukungan Multidisiplin
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Upaya melakukan kegiatan arkeologi bawah air, ternyata tidak hanya melibatkan bidang ilmu arkeologi saja. Kegiatan ini merupakan kegiatan multidisiplin yang membutuhkan kompetensi tertentu.
Peneliti Arkeologi Maritim, Nia Naelul Hasanah menyebutkan Arkeologi Bawah Air adalah bidang kajian yang tidak dapat berdiri sendiri.
“Butuh bidang lain untuk mendapatkan hasil kajian yang komprehensif dan integrated. Sehingga berdaya guna dan berhasil guna demi kepentingan ilmu pengetahuan maupun berkontribusi terhadap kemajuan kebudayaan dan kesejahteraan masyarakat,” kata Nia saat Webinar Arkeologi Bawah Air, Kamis (18/6/2020).
Nia menyebutkan beberapa multidisiplin yang terlibat antara lain adalah sejarah, oseanografi, teknik kelautan, GIS, geologi, geomatika, biologi kelautan, antropologi, kimia dan konstruksi perkapalan.

“Kita membutuhkan ilmu sejarah karena untuk mengetahui tentang objek tersebut. Sementara untuk oseanografi, untuk mengetahui arus laut dan variabel lainnya yang berpotensi mempengaruhi keberadaan objek,” urainya.
Untuk geologi, penggunaannya untuk menganalisa kondisi sedimen dan variabel lainnya yang mempengaruhi visibility objek dan geomatika digunakan untuk melakukan survei batimetri.
“Biologi kelautan kita gunakan untuk meneliti ekosistem di sekitar shipwreck. Yang apabila dilakukan pengangkatan, akan menganalisis bagaimana efeknya pada ekosistem di sekitarnya,” urainya lebih lanjut.