Industri Ikan Panggang Tetap Menggeliat di Tengah Pandemi
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
SEMARANG -Dengan cekatan tangan Zubaidah menusuk potongan ikan manyung dengan menggunakan batang lidi. Tidak butuh lama, puluhan daging ikan yang sudah jadi tersebut, siap dijemur.
Rutinitas tersebut dijalaninya puluhan tahun sebagai pembuat ikan panggang, khususnya ikan manyung dan pari. Di tengah pandemi covid-19, usaha tersebut tetap berjalann, seolah tidak terpengaruh.
“Semuanya sudah dipesan, rata-rata hampir 90 persen. Sisanya dijual kalau ada pedagang atau pembeli yang datang ke mari,” paparnya, saat ditemui di rumah produksi ikan panggang di Kampung Mangut, Bandarharjo Semarang, Selasa (16/6/2020).

Diterangkan, dalam sehari dirinya bisa mengolah sekitar 20 kilogram daging ikan mangut. Ikan-ikan tersebut sebelumnya didatangkan dari berbagai wilayah di Jawa, termasuk dari Probolinggo hingga Jakarta.
“Ikan kemudian dipotong-potong, baru dijemur hingga kering. Setelah kering, baru dipanggang atau diasapi. Baru kemudian dijual,” terangnya.
Tidak hanya bagian badan atau daging ikan yang diolah, kepala ikan manyung juga ikut diolah menjadi mangut. Kepala ikan inilah yang nantinya diolah menjadi kuliner ndas (kepala) manyung yang banyak diburu oleh masyarakat.
“Harganya murah kalau masih di sentra, sekilo Rp 30 ribu. Isi 5-6 kepala ikan manyung. Kalau daging panggang manyung, sekilo Rp 65 ribu. Isinya sekitar 30-40 potong,” lanjutnya.